Di tengah dinamika dan tantangan besar dunia pendidikan saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat hadir dengan sebuah terobosan strategis: konsep Gapura Panca Waluya. Gagasan ini tidak hanya menjadi visi, tetapi dituangkan secara konkret dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 43/PK.03.04/KESRA, yang ditandatangani Gubernur Dedi Mulyadi pada 2 Mei 2025. Surat tersebut ditujukan kepada seluruh pemangku kepentingan pendidikan di Jawa Barat—bupati/wali kota, Kepala Dinas Pendidikan, serta Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama.
Konsep ini merepresentasikan pendidikan yang membumi dan menyatu dengan nilai-nilai Islam, ilmu pengetahuan modern, serta kearifan lokal Sunda. Ia adalah bentuk aktualisasi dari prinsip pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 “mewujudkan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Lima Pilar Pembangunan Manusia Seutuhnya
Gapura Panca Waluya adalah akronim dari lima prinsip mendasar:
- Cageur – menciptakan peserta didik yang sehat jasmani dan rohani. Pendidikan yang optimal tidak dapat berlangsung jika anak terhambat secara fisik maupun mental. Oleh karena itu, kesehatan menjadi fondasi utama.
- Bageur – menanamkan akhlak mulia, kejujuran, kesopanan, dan rasa hormat terhadap sesama. Di era digital yang penuh disrupsi moral, nilai-nilai ini bukan sekadar hiasan, tetapi kebutuhan.
- Bener – membentuk sikap hidup yang menjunjung tinggi integritas, disiplin, dan tanggung jawab. Ini sangat relevan dalam membentuk generasi yang siap menjadi pemimpin masa depan.
- Pinter – mendorong kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perubahan, termasuk kemajuan teknologi dan digitalisasi.
- Singer – membekali peserta didik dengan keterampilan hidup nyata dan etos kerja tinggi agar mampu bersaing secara global tanpa kehilangan jati diri.
Untuk menjembatani nilai-nilai ideal ini ke dalam praktik nyata, Gubernur Jawa Barat merumuskan 9 langkah strategis yang menjadi panduan implementasi bagi seluruh sekolah di Jawa Barat:
- Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk memastikan ketersediaan toilet di dalam kelas. Langkah ini mendukung prinsip Cageur dalam bentuk lingkungan belajar yang sehat dan layak.
- Meningkatkan mutu guru agar adaptif terhadap perkembangan peserta didik dan mampu memahami arah pendidikan holistik. Guru adalah aktor kunci, dan perlu pelatihan berkelanjutan yang tidak hanya teknis, tetapi juga filosofis.
- Melarang kegiatan study tour yang membebani orang tua, digantikan dengan proyek berbasis konteks lokal: pertanian, peternakan, daur ulang, dan kewirausahaan. Ini sejalan dengan pembelajaran kontekstual dan project-based learning dalam Kurikulum Merdeka.
- Menghapus seremoni wisuda untuk semua jenjang, yang dianggap tidak memiliki relevansi akademik. Ini menjadi langkah berani yang menantang praktik komersialisasi pendidikan.
- Mempersiapkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan mendorong siswa membawa bekal sehat dan menabung. Asupan gizi adalah bagian dari strategi membentuk Cageur dan Singer.
- Melarang siswa yang belum cukup umur mengendarai kendaraan bermotor, serta mendorong penggunaan transportasi publik atau berjalan kaki.
- Menguatkan kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka, PMR, dan Paskibra sebagai sarana penanaman wawasan kebangsaan. Ini adalah langkah penting untuk membentuk Bageur dan Bener.
- Menerapkan pembinaan khusus bagi siswa dengan perilaku menyimpang, melalui kerja sama dengan TNI, Polri, dan orang tua. Ini merupakan pendekatan intervensi kolektif yang perlu dijaga agar tetap edukatif, bukan represif.
- Menguatkan pendidikan agama dan spiritualitas, sebagai penopang utama dalam pembentukan karakter moral dan identitas.
Refleksi Kritis dan Solusi Jangka Panjang
Kebijakan Gapura Panca Waluya sangat progresif dan menyentuh akar persoalan pendidikan yang selama ini terlalu terfokus pada pencapaian angka dan ujian. Namun demikian, terdapat beberapa tantangan dalam implementasinya:
- Pemerataan fasilitas pendidikan: Banyak sekolah, terutama di pelosok, masih kekurangan toilet, perpustakaan, dan ruang belajar memadai.
- Kesenjangan kapasitas guru: Tidak semua guru siap secara pedagogis maupun psikologis untuk menerapkan pendekatan holistik ini.
- Resistensi budaya dan kebiasaan lama: Pelarangan wisuda dan study tour mungkin mendapat penolakan dari sebagian masyarakat.
Sebagai solusi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat perlu:
- Menyediakan pelatihan komprehensif untuk guru tentang pembelajaran berbasis karakter dan proyek.
- Mengembangkan sistem monitoring digital berbasis sekolah untuk mengukur dampak penerapan Panca Waluya.
- Memberikan insentif untuk sekolah yang berhasil menjalankan kebijakan ini secara efektif, agar dapat menjadi role model bagi sekolah lain.
Menjadi Gerbang Menuju Pendidikan yang Membebaskan dan Memanusiakan
Gapura Panca Waluya adalah pintu masuk menuju pendidikan yang benar-benar memanusiakan manusia. Ia bukan hanya tentang sekolah yang mengajar, tetapi tentang sekolah yang membimbing. Ia bukan hanya tentang kecerdasan intelektual, tetapi juga kejujuran, keberanian, dan kebaikan hati. Melalui kebijakan ini, Jawa Barat tidak hanya menawarkan solusi lokal, tetapi juga memberikan inspirasi nasional tentang bagaimana pendidikan bisa berjalan dengan akar yang kuat dan sayap yang lebar.