Batik tidak lagi menjadi ciri khas satu suku atau daerah di Indonesia. Kini, dari barat ke timur Nusantara, berbagai daerah memiliki corak batik masing-masing yang mencerminkan identitas dan sejarah lokal. Salah satu yang paling unik berasal dari Provinsi Bengkulu: Batik Besurek, batik bertulisan yang sarat nilai sejarah dan filosofi.
Batik Besurek bukan hanya sekadar kain bermotif, tetapi juga cerminan budaya masyarakat Bengkulu yang berakar dari akulturasi sejarah panjang. Nama “Besurek” sendiri dalam bahasa Bengkulu berarti “bertulisan” atau “bersurat”, merujuk pada ciri khas motif huruf Arab-Melayu bergaya kaligrafi yang mendominasi kain ini.
Menurut sejarah, Batik Besurek mulai berkembang pada abad ke-17, dipengaruhi oleh interaksi masyarakat Bengkulu dengan pedagang Arab dan pekerja asal India. Unsur budaya Islam yang dibawa para pendatang pun menyatu dengan tradisi lokal. Keberadaan kain ini juga dikaitkan dengan tokoh Pangeran Sentot Alibasyah, seorang panglima perang keturunan bangsawan Jawa yang menetap di Bengkulu dan menjadi pelestari awal batik tersebut bersama keturunannya.
Motif utama Batik Besurek berupa huruf kaligrafi tidak hanya menyajikan keindahan visual, tetapi juga membawa makna spiritual dan nilai-nilai religius. Dalam beberapa motif, kaligrafi tersebut dikombinasikan dengan bentuk geometris dan simbol khas budaya Bengkulu, menciptakan harmoni antara seni dan makna.
Proses pembuatan Batik Besurek menggunakan teknik tradisional batik tulis. Motif digambarkan menggunakan malam (lilin) sebagai pelindung sebelum pewarnaan. Pewarna alami seperti akar, daun, dan buah digunakan untuk memberi warna khas. Setelah melalui beberapa tahap pencelupan dan pengeringan, malam kemudian dicuci, dan tampaklah motif yang diinginkan. Proses ini bisa memakan waktu berhari-hari hingga berminggu, tergantung kompleksitas desain.
Secara sosial budaya, Batik Besurek digunakan dalam berbagai upacara adat masyarakat Bengkulu, seperti pernikahan, khitanan, hingga acara keagamaan. Keberadaannya menjadi simbol kehormatan dan status sosial, sekaligus identitas kultural masyarakat setempat.
Namun, di era modernisasi, eksistensi Batik Besurek menghadapi tantangan serius. Produk batik cetak mesin dan tekstil pabrikan menekan keberlangsungan batik tulis tradisional. Jumlah perajin yang menguasai teknik Besurek pun semakin berkurang.
Berbagai komunitas dan pemerintah daerah kini tengah berupaya menjaga keberlangsungan warisan budaya ini. Inisiatif melibatkan generasi muda, pelatihan perajin baru, serta pengembangan Batik Besurek ke dalam produk fesyen dan cenderamata modern menjadi strategi pelestarian yang menjanjikan.
Batik Besurek adalah bukti otentik kekayaan budaya bangsa yang tak ternilai. Ia bukan sekadar kain, tetapi naskah sejarah yang ditulis dalam motif dan warna, serta pesan-pesan budaya yang diwariskan lintas generasi. Di tengah arus globalisasi, Batik Besurek tetap berdiri sebagai simbol kuat identitas masyarakat Bengkulu dan semangat untuk terus mencintai warisan budaya Indonesia.
Sumber: Indonesia.go.id – Warisan Budaya yang Sarat Makna dan Estetika