InDes.ID

Cerita Kita, Menggali Makna

  • Home
  • Terkini
  • Artikel
    • Budaya
    • Buku
    • Desa
    • Ekonomi
    • Hukum
    • Misteri
    • Movie
    • Politik & Militer
    • Pendidikan
    • Spiritual
    • Sejarah
    • Sosial
    • Techno
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Daerah
  • Opini
  • Indepth
  • Video
Search
  • TENTANG
© 2025 Indes.ID. All Rights Reserved.
Reading: Jejak Perjalanan Desa: Dari Tradisi ke Inovasi
Share
Font ResizerAa

InDes.ID

Cerita Kita, Menggali Makna

Font ResizerAa
  • Terkini
  • Berita
  • Budaya
  • Buku
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Indepth
  • Misteri
  • Movie
  • Opini
  • Pendidikan
  • Politik & Militer
  • Sejarah
  • Sosial
  • Spiritual
  • Techno
  • Video
Search
  • Home
  • Terkini
  • Artikel
    • Budaya
    • Buku
    • Desa
    • Ekonomi
    • Hukum
    • Misteri
    • Movie
    • Politik & Militer
    • Pendidikan
    • Spiritual
    • Sejarah
    • Sosial
    • Techno
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
    • Daerah
  • Opini
  • Indepth
  • Video
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Indes.ID. All Rights Reserved.
InDes.ID > Berita > Desa > Jejak Perjalanan Desa: Dari Tradisi ke Inovasi
Jejak Perjalanan Desa: Dari Tradisi ke Inovasi
DesaOpini

Jejak Perjalanan Desa: Dari Tradisi ke Inovasi

By Admin
Mei 14, 2025
Share
SHARE

Kalau ngomongin desa, kita sebenarnya lagi ngebahas pondasi dasar Indonesia. Desa, sebagai unit pemerintahan terkecil, punya peran besar dalam sosial dan ekonomi masyarakat. Sejak Indonesia merdeka, desa udah melewati banyak banget perubahan, mulai dari kebijakan pemerintah sampai dinamika sosial-ekonomi yang bikin kita mikir: “Wah, desa sekarang udah beda banget dari dulu!”

Pada tahun 1979, muncul Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 yang jadi titik awal pengakuan desa sebagai bagian formal dari sistem pemerintahan. Desa diberi hak untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Tapi, ada “tapi”-nya nih! Kebijakan ini agak kaku karena nggak terlalu peduli sama keunikan adat dan tradisi tiap desa. Padahal, kita tahu sendiri kan, Indonesia itu kaya banget sama budaya lokal.

Lalu, di tahun 2004, lahirlah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Desa yang tadinya bisa sedikit lebih mandiri, sekarang diposisikan sebagai wilayah administrasi di bawah kecamatan. Kebijakan ini bikin semua desa diperlakukan sama, nggak peduli tradisi atau kebiasaan lokalnya. Praktis, ruang gerak desa jadi lebih sempit.

Nah, baru deh di tahun 2014, desa dapet angin segar lewat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. UU ini seperti tiket VIP buat desa untuk mengelola sumber daya dan bikin program pembangunan sesuai kebutuhan mereka. Nggak cuma itu, ada juga dana desa yang bikin desa bisa lebih berdaya dan mandiri. Akhirnya, desa mulai punya peluang untuk bikin perubahan nyata.

Perubahan zaman dan globalisasi juga bikin desa ikut berevolusi. Kalau dulu desa identik sama pertanian, sekarang udah beda cerita. Desa mulai jadi tempat pengembangan ekonomi kreatif, pariwisata, dan sektor lain yang bikin ekonominya lebih berwarna. Tapi, globalisasi ini juga bawa tantangan. Pola hidup masyarakat desa mulai berubah, teknologi masuk, dan interaksi sosial jadi makin kompleks.

Dengan semua perubahan itu, kebijakan buat desa harus lebih fleksibel dan responsif. Nggak bisa lagi pakai pendekatan yang kaku. Yang paling penting, masyarakat desa harus diajak aktif terlibat dalam pengambilan keputusan. Kalau cuma kebijakan dari atas tanpa suara masyarakat, ya hasilnya bisa nggak nyambung sama kebutuhan mereka.

Kesimpulannya, perjalanan desa dari masa ke masa adalah cerita tentang adaptasi, inovasi, dan tantangan. Desa yang maju bukan cuma soal kebijakan bagus, tapi juga soal gimana desa diberi ruang untuk berkembang sesuai jati dirinya. Dengan kebijakan yang relevan dan partisipasi aktif masyarakat, desa bisa jadi motor penggerak pembangunan yang nggak cuma keren, tapi juga berkelanjutan untuk Indonesia.

Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
What do you think?
Love0
Sad0
Surprise0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Cry0
Embarrass0
Joy0
Shy0
Previous Article Gapura Panca Waluya: Ikhtiar Baru Pendidikan Holistik di Jawa Barat Gapura Panca Waluya: Ikhtiar Baru Pendidikan Holistik di Jawa Barat
Next Article Belajar dari Negara Lain, Ketika Wajib Militer Menjadi Sekolah Karakter
Tidak ada komentar Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Di Balik Angka dan Data: Peran Ginan Wibawa sebagai Enumerator di PATTIRO
Di Balik Angka dan Data: Peran Ginan Wibawa sebagai Enumerator di PATTIRO
Artikel Berita
Jejak Digital Ginan Wibawa: Membawa Desa Menuju Era Industri 4.0
Jejak Digital Ginan Wibawa: Membawa Desa Menuju Era Industri 4.0
Artikel Berita
Ginan Wibawa: Mengabdi di Pelosok, Membangun Desa
Ginan Wibawa: Mengabdi di Pelosok, Membangun Desa
Artikel Berita
Ketika Fiksi Bertemu Nubuwat: Dari Ritual Ganjil Hingga Konspirasi Global
Artikel Misteri

Trending

Stay Connected

5.8kLike
4kFollow
571Subscribe
678Follow

You Might also Like

Opini

Ekonomi Pancasila: Lebih dari Sekadar Slogan, Sebuah Peta Jalan Menuju Kesejahteraan

Juni 6, 2025
Barak Militer ala Dedi Mulyadi
Opini

Barak Militer ala Dedi Mulyadi

Mei 25, 2025
Gubernur Dedi Mulyadi Gartiskan Biaya Akta Notaris Koperasi Desa Merah Putih Di Jabar
BeritaDesa

Gubernur Dedi Mulyadi Gartiskan Biaya Akta Notaris Koperasi Desa Merah Putih Di Jabar

Mei 16, 2025
Koperasi Desa bakal dapat Modal Rp3 Miliar, Ini Misi Besar Koperasi Merah Putih dari Pemerintah
BeritaDesa

Koperasi Desa bakal dapat Modal Rp3 Miliar, Ini Misi Besar Koperasi Merah Putih dari Pemerintah

Mei 16, 2025
Follow US
© 2025 Indes.ID. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?